Nutrisi Pedet, Kunci Produktivitas Sapi Perah

nutrisi pedet

Biaya pemeliharaan pedet dan dara merupakan salah satu pengeluaran terbesar dalam industri peternakan sapi perah. Besaran biayanya sangat bergantung pada seberapa cepat dan efisien sapi muda mencapai usia kawin dan melahirkan pertama. Pemberian nutrisi yang tepat sesuai dengan fase kehidupan sangatlah penting untuk performa seumur hidup mereka.

Mengenal Tiga Fase Krusial Sapi Perah Muda

Berat badan dewasa untuk sapi perah ras Holstein yang ideal adalah 650–700 kg. Penggolongan sapi muda didasarkan pada perkembangan fisiologis dan target berat badan relatif terhadap berat badan dewasa (Mature Body Weight/MatBW). Berdasarkan penggolongan tersebut,  sapi muda dibagi menjadi pedet, grower awal, dan grower lanjut (dara).

Fase pedet dan grower awal merupakan periode yang sangat penting. Pada fase ini, berat badan pedet bisa mencapai 16% dari BB dewasa, atau sekitar 125 kg. Di sinilah fondasi bagi kesehatan, efisiensi, dan potensi produksi susu di masa depan dibangun. Fase pedet dimulai sejak lahir hingga disapih (usia 0-70 hari). Tugas utama di fase ini adalah membantu pedet bertransisi dari mencerna susu (pra-ruminansia) menjadi ruminansia fungsional yang siap mengolah pakan berserat. Segera setelah disapih, pedet memasuki fase grower awal (usia 70-120 hari). Fokus utama nutrisi pada periode 0-120 hari adalah:

  1. Mendorong perkembangan rumen. Rumen yang sempurna akan membuat sapi lebih efisien mencerna pakan padat.
  2. Mendukung laju pertumbuhan yang cepat di empat bulan pertama. Proses ini membuat pemeliharaan sapi muda menjadi lebih efisien dan menghemat biaya secara keseluruhan.
  3. Mendukung perkembangan kelenjar ambing (mammary gland) yang akan memiliki dampak pada kapasitas produksi susu di kemudian hari.

Fase selanjutnya adalah dara (heifer) atau sering disebut grower lanjut. Fase ini dimulai setelah penyapihan hingga menjelang masa kering (sebelum melahirkan pertama kali). Secara fisik, sapi dalam fase ini memiliki berat badan (BB) di atas 16% dari BB dewasa (di atas 125 kg). Tujuan utama nutrisi pada fase dara yaitu:

  1. Tercapainya target kawin, ketika bobot badan sapi dara mencapai 55% dari BB dewasa (sekitar 385 kg) di usia 13 bulan.
  2. Tercapainya target melahirkan pertama, ketika bobot badan sapi dara mencapai 91% dari BB dewasa (sekitar 637 kg) di usia 22 bulan.

Untuk mencapai target ini, nutrisi yang diberikan berfokus pada pertumbuhan struktural (frame growth) dan perkembangan ambing (mammary gland), yang akan menentukan potensi produksi susu sapi tersebut kelak. Pemberian nutrisi yang terkontrol sangat vital di fase ini, terutama untuk menghindari pertumbuhan yang terlalu cepat (kegemukan). Pertumbuhan yang berlebihan pada periode pra-pubertas dapat berakibat fatal karena menyebabkan penimbunan lemak di kelenjar ambing. Penimbunan lemak ini secara permanen dapat mengurangi potensi produksi susu di masa depan.

Pemberian Pakan yang Tepat Berdasarkan Fase

Model pemberian pakan harus diatur melalui rasio hijauan terhadap konsentrat (F:C) untuk mengoptimalkan perkembangan rumen dan laju pertumbuhan yang spesifik.

  1. Pedet dan grower awal (0–120 Hari)
    1. Pakan cair. Pedet membutuhkan diet cair berkualitas tinggi (milk replacer atau susu segar) yang mengandung sumber karbohidrat, protein, dan lemak yang dicerna secara efisien.
    1. Transisi Kritis (70–120 hari): Setelah penyapihan atau pada usia 70 hingga 120 hari, pakan harus dirancang untuk memaksimalkan kinerja dan perkembangan rumen.
  2. Untuk mencapai pertumbuhan optimal pada periode pasca-sapih, disarankan menggunakan rasio Hijauan:Konsentrat (F:C) yang rendah, misalnya 20:80.
  3. Diet tinggi konsentrat (high-concentrate diets) yang kaya pati mendorong asupan materi kering (Dry Matter Intake/DMI) yang lebih tinggi, dan berat badan (Body Weight/BW) serta laju peningkatan harian rata-rata (Average Daily Gain/ADG) yang lebih baik. Hijauan sebaiknya diberikan dalam jumlah terbatas (restricted level) untuk mencapai pertumbuhan optimal di fase ini.
  4. Dara (grower lanjut: usia >120 hari hingga kawin)

Setelah melewati 120 hari atau BB > 125 kg, fokus pakan bergeser dari pengembangan rumen menjadi kontrol pertumbuhan dan kondisi tubuh. Ransum harus dirancang untuk mendorong pertumbuhan struktural tanpa menyebabkan pengendapan lemak berlebihan. Dara yang lebih tua umumnya menerima lebih sedikit konsentrat dibandingkan dengan sapi yang lebih muda. Diet mereka menjadi lebih kaya hijauan dan nutrisi dikontrol.

Jika menggunakan diet berenergi tinggi (tinggi biji-bijian, rendah serat) untuk efisiensi, pakan harus diberikan secara terbatas (restricted intake) untuk menjaga Skor Kondisi Tubuh (Body Condition Score/BCS) yang tepat dan memastikan pertumbuhan optimal.

Adaptasi di Wilayah Tropis (Indonesia)

Di lingkungan tropis, prediksi asupan pakan (Dry Matter Intake/DMI) pada sapi muda dipengaruhi oleh ras, diet, manajemen, dan iklim. Peternak secara dominan menggunakan hijauan lokal seperti tumbuhan gajah mini (Axonopus compressus) dan waru (Hibiscus tiliaceus). Hijauan pakan dominan ini menunjukkan kandungan Protein Kasar (PK) berkisar antara 15,71% hingga 18,15% dan Serat Kasar (SK) 16,22% hingga 26,73%. Kualitas hijauan ini, terutama kandungan proteinnya yang cukup tinggi, dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan pada konsentrat mahal saat sapi memasuki fase grower lanjut (dara).

Sumber:

  • Effects of different forage to concentrate ratios on performance, plasma metabolites, and feeding behaviour of weaned dairy calves from 70 to 120 days of age
  • Feed intake of growing dairy heifers raised under tropical
  • Jenis dan kualitas nutrien tumbuhan sebagai sumber hijauan pakan ternak sapi di Kecamatan Duruka Kabupaten Muna
  • Nutrient Requirements of Dairy Cattle
  • Protein feeding strategies for dairy replacement heifers

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *