BAGAIMANA STILLBIRTH SANGAT BERDAMPAK PADA PETERNAK?
NO CALF
NO MILK
NO MONEY
Kelahiran pedet merupakan momen yang dinantikan oleh peternak setiap tahunnya. Adanya pedet yang lahir merupakan pintu awal bagi usaha mereka. Apalagi jarang diantara peternak lokal yang benar-benar mengitung tenaga yang dikeluarkan untuk memelihara sapi, sehingga dengan adanya pedet seolah menjadi bonus tersendiri. Akan tetapi, apa yang terjadi jika pedet yang sudah dinantikan begitu lama ternyata lahir dalam keadaan mati (stillbirth)? Tentunya hal ini akan berdampak secara emosional maupun finansial bagi peternak. Hal ini mendasari pentingnya bagi kita untuk mengenal dan mencegah terjadinya stillbirth.
Apa Itu Stillbirth?
Stillbirth (kematian perinatal) berbeda dengan abortus (keguguran). Abortus terjadi ketika janin mati dan dikeluarkan dari rahim sebelum periode kebuntingan penuh (sebelum 260 hari). Sedangkan stillbirth terjadi pada kelahiran yang sudah mendekati waktu normal (biasanya di atas 260 hari). Kematian janin terjadi sebelum, selama, atau dalam 24 jam setelah dilahirkan oleh induknya.
8 Kasus Stillbirth dari 100 Kelahiran
Kejadian stillbirth di Indonesia bisa mencapai 8,44%. Artinya dari setiap 100 sapi yang melahirkan, 8 di antaranya akan mengalami kegagalan. Jumlah ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya yang hanya mengalami 4-5% kasus stillbirth. Lebih mengkhawatirkan lagi, ada indikasi bahwa tingkat kejadian ini terus meningkat seiring waktu.
Siapa yang Paling Berisiko?
Beberapa peneliti mengungkapkan tingginya angka stillbirth kemungkinan terkait dengan pedet yang besar saat lahir, karena peternak menggunakan semen dari pejantan berbobot besar untuk inseminasi buatan. Selain itu ada tiga faktor utama yang berkontribusi terhadap stillbirth:
- Sapi dara (primipara): Sapi yang baru pertama kali melahirkan (primipara) memiliki risiko stillbirth 2-3 kali lebih tinggi dibanding sapi yang sudah melahirkan sebelumnya (multipara)
- Kesulitan melahirkan: Kelahiran yang membutuhkan bantuan (misalnya ditarik atau operasi) jauh lebih berisiko dibanding kelahiran normal. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, semakin besar peluang anak sapi lahir mati (stillbirth).
- Pedet jantan: pedet jantan lebih sering mengalami stillbirth dibandingkan pedet betina, kemungkinan karena bobot lahirnya yang lebih besar.
Selain dari ketiga faktor utama di atas, stillbirth juga bisa terjadi karena faktor infeksius (agen penyakit yang bisa menembus plasenta), nutrisi induk yang kurang, faktor genetik, stress, dan trauma.
Kerugian Peternak Akibat Stillbirth
Ketika ada kasus stillbirth, kerugian yang langsung terlihat jelas adalah hilangnya pedet sebagai investasi peternak. Akan tetapi, jumlah kerugian yang terjadi sesungguhnya lebih dari itu. Beberapa dampak kasus stillbirth antara lain:
- Masa kosong (days open) bertambah lama: Sapi yang mengalami stillbirth membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa bunting kembali, rata-rata masa kosong (days open) mereka bertambah 14 hingga 32 hari
- S/C naik: Jumlah inseminasi yang dibutuhkan untuk kembali bunting juga meningkat, terutama pada sapi multipara.
- Produksi susu menurun: Pada sapi yang sudah melahirkan berkali-kali (multipara), stillbirth menyebabkan penurunan produksi susu selama 305 hari laktasi sebesar 544–582 kg/ekor
- Afkir semakin cepat: Sapi yang pernah mengalami stillbirth memiliki risiko 44% lebih tinggi untuk diafkir karena performa reproduksi atau kesehatannya menurun.
Jika ditotal, kerugian finansial akibat satu kasus stillbirth sangat mengejutkan, bisa mencapai 14-15 juta rupiah.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Peternak perlu memberikan perhatian ekstra pada sapi yang baru pertama kali melahirkan (primipara). Pemantauan ketat, penanganan melahirkan yang tepat, dan pemilihan pejantan yang tidak hanya unggul secara genetik tapi juga aman untuk induk, bisa membantu menekan angka stillbirth. Dengan meminimalkan kesulitan melahirkan, peternak tidak hanya menyelamatkan nyawa pedet, tetapi juga menjaga produktivitas dan keberlangsungan usaha mereka.
Sumber:
- A Survey Of Pre-Weaning Calves Practice In Smallholder Dairy Farms In Indonesia
- Causes and Effects of Stillbirths on Days Open and Cow Herd Survival in Holstein Friesian Cows
- Performance And Financial Consequences Of Stillbirth In Holstein Dairy Cattle