Hari ini: Minggu, 8 Desember 2024

Memilih Model Investasi Bisnis Peternakan Sapi Perah di Indonesia.

Investasi dibidang persapiperahan membutuhkan “model bisnis” untuk bisa survive. Model bisnis itu menyesuaikan “kapasitas” investasi nya. Sejak awal berdiri, Dairy Pro Indonesia fokus pada “MIDDLE SCALE DAIRY FARM”.

Pola peternakan sapi perah di Indonesia itu ada 3 macam. Sebelum era reformasi, hampir 100% model peternakan sapi perah di Indonesia adalah MIKRO FARM. Jika dihitung berdasarkan populasi saat ini, 80% peternakan sapi perah di Indonesia dikelola dengan model MIKRO FARM, dengan skala kepemilikan kurang dari 10 sapi dan menginduk pada kelompok ternak atau koperasi susu. Sebagian besar pelaku peternakan ini merupakan masyarakat menengah kebawah dan banyak diantara peternak ini juga mengandalkan hidupnya dari beternak sapi perah ini. Model peternakan ini menjadi populer karena sangat sesuai budaya masyarakat Indonesia secara umum. Potensi ekonomi kolektifnya sangat besar meski di dominasi oleh para pelaku yang tidak memiliki kemampuan ekonomi individual yang besar. Maka, strategi dan kebijakan yang pas untuk diterapkan pada peternakan model ini adalah “pelayanan sosial komunal” yang berbasis “social movement”.

Sekitar 10-15% dari populasi sapi perah Indonesia dikelola dengan model Mega Corporate Farm dimana gaya dan kepemilikan nya sangat berbeda. It’s totally different world. Seluruhnya berbentuk perusahaan dengan populasi ribuan dan menggunakan mekanisasi hingga digitalisasi. Prinsip utamanya, farming as a food factory industry. Jadi, gaya korporasi nya lebih kental dibanding gaya farming nya. Semua prosedur harus terstandar dan performa terukur. Corporate mega dairy farm ini selalu memiliki model bisnis yang sama, yaitu end to end dairy company. Seluruh mega farm ini selalu terintegrasi dengan pabrik susu dan fokus pada consumers good retail product. Maka strategi dan kebijakan yang pas untuk model ini adalah kapitalisasi dan komersialisasi serta jaringan marketing massal yang masif.

Nah, sisanya atau sekitar 5-10% adalah MIDDLE SCALE DAIRY FARM dengan populasi puluhan hingga ratusan sapi. Model ini sangat unik karena di dominasi oleh para “agent of change”. Rata-rata para pelaku di area ini adalah orang-orang yang memiliki tingkat pendidikan dan ekonomi individual yang relatif baik dibanding masyarakat kebanyakan dan cenderung sudah mapan secara pribadi. Ciri khas nya adalah “integrated farming business system” dimana hampir semua pekerjaan yang berhubungan dengan dunia persapiperahan dan persusuan dikerjakan dalam model ini dengan bentuk yang berbeda-beda. Peternakan skala ini berkreasi mencari sumber income dari potensi yang memungkinkan untuk dikerjakan dengan sumber saya yang ada. Strategi yang pas untuk investasi model ini adalah “creative entepreneural” yang konsisten.

Jadi, jika dana investasi anda sangat terbatas, jadilah peternak mikro dan bergabung lah dengan kelompok dan koperasi lalu konsistenlah. Jika anda punya dana investasi kecil tapi ingin “merasa” punya peternakan besar, beli saja saham mega corporate farm lalu woro-woro “aku punya dairy farm”. Jika anda adalah seorang entrepreneur yang punya idealisme besar, sepertinya model yang paling pas adalah middle scale dairy farm. Apalagi bagi anda yang punya slogan “lebih baik menjadi kepala cacing daripada ekor naga”.

Wanna Talk about Indonesian Dairy..???
Talk to Dairy Pro Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *