Hari Susu Nusantara
MEMAHAMI KOMPONEN HARGA SUSU…
Hal mendasar yang harus dipahami peternak sapi perah hari ini adalah bahwa harga susu tidak lagi dinilai dari volume produksinya…
Banyak peternak sudah mengetahui bahwa Industri Pengolah Susu (IPS) menetapkan harga susu berdasarkan “kualitas”. Namun tidak banyak yang memahami apa arti dari “kualitas” yang dimaksud sehingga tidak bisa merumuskan strategi efisiensi dari konsekuensi ini.
Kualitas ini dinilai dari 2 hal utama, yaitu kandungan nutrisi dan kandungan kontaminasi.
Komponen pertama adalah Kandungan Nutrisi. Kandungan nutrisi sangat penting karena nutrisi inilah yang akan dimanfaatkan oleh konsumen susu. Semakin tinggi kandungan nutrisi, maka nilai kemanfaatannya akan semakin baik dan oleh karenanya nilai susu akan semakin tinggi. Kandungan kontaminasi juga sangat penting karena kontaminasi akan mempengaruhi daya tahan produk yang dihasilkan. Kamdungan kontaminasi juga mempengaruhi tingkat “kerberbahayaan” susu pada konsumen. Semakin tinggi kontaminasi, maka daya tahan susu semakin buruk dan berbahaya bagi konsumen. Oleh karenanya nilai susu semakin rendah.
Nutrisi utama yang dimaksud adalah lemak, protein, vitamin dan mineral. Semakin banyak kandungannya, otomatis semakin tinggi nilainya. Yang perlu kita pahami adalah, semua komponen nutrisi ini kita kenal dengan sebutan TOTAL SOLID. Susu segar normal memiliki kandungan total solid antara 11-13% dan bisa lebih rendah atau lebih tinggi sesuai dengan faktor2 manajemen yang mempengaruhi nya. Sisanya (87-89%) adalah air dan IPS tidak memberikan nilai pada air. Artinya, jika total solid semakin tinggi, semakin tinggi pula nilainya. Artinya, semakin tinggi kadar airnya, semakin rendah nilai susunya. Sebagian IPS bahkan memberikan “penalti” pada susu yang memiliki kadar air melebih batas maksimal. Bahkan dalam laporan pengujian kualitas susu melalui lactoscan, terdapat “item” added water atau tambahan air. Komponen added water ini dijadikan salah satu dasar utk memberikan penalti pada susu yang dikirimkan ke pabrik.
Komponen kedua adalah kandungan kontaminasi. Kontaminasi kuman menjadi faktor sangat penting karena kuman (terutama bakteri) tidak hanya menyebabkan susu mudah rusak, tetapi juga berpotensi menyebabkan sel ambing rusak. Kontaminasi kuman akan menciptakan masalah pada produk dan organ utamanya. Oleh karenanya, Ukuran dalam menentukan kadar kontaminasi ini dilakukan dengan 2 parameter, yaitu TPC (Total Plate Count) untuk mengukur tingkat keberadaan bakterinya dan SCC (Somatic Cell Count) untuk mengukur tingkat kerusakan sel ambingnya. Sebagai informasi, Somatic Cell adalah sel rusak yang ikut bersama dengan susu. Jadi ketika TPC dan SCC tinggi, maka bisa dikatakan bahwa susu dan ambingnya mengalami kerusakan yang besar.
Keberadaan bakteri menunjukkan manajemen higiene yang diterapkan oleh peternak di dalam kandang dan proses selama susu belum masuk ke penampungan. Sedangkan keberadaan Somatic cell menunjukkan manajemen ”kepedulian” pada kondisi sapi secara umum karena kerusakan sel ambing bisa disebabkan karena berbagai kemungkinan. Seperti mesin pada umumnya, masa pake dan prosedur pake bisa menjadi sebab kerusakan mesin. Sel ambing bisa rusak karena infeksi, bisa rusak karena terlalu lama dieksploitasi tanpa ada “break istirahat”, bisa rusak karena umur pakai nya terlalu lama/tuas dan sebagainya.
Jadi sebagai peternak atau pengelola peternakan sapi perah, kita harus “berstrategi” untuk berdasarkan ilmu ini agar bisa memilih manajemen yang efektif dan mendapatkam efisiensi yang optimal. Bagaimana strateginya..?? mbesok-mBesok saja saya bahas. Sekarang, kita rayakan dulu Hari Susu Nusantara…
Recommended Posts
ASIAN ANIMAL HEALTH AWARD 2024
Maret 15, 2024